UNPAR.AC.ID, Bandung – Pada hari Senin (19/08/2024), Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) mengadakan lokakarya yang sangat dinanti oleh para akademisi dan peneliti, bertajuk “Menembus SCOPUS: Strategi Penulisan Artikel Ilmiah”. Lokakarya ini menghadirkan Prof. Dr. Yusak Susilo dari BOKU University, Vienna, Austria, seorang ahli di bidang transportasi dan mobilitas yang juga berpengalaman sebagai editor di berbagai jurnal Q1/Q2.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Yusak Susilo menekankan pentingnya publikasi dalam dunia akademik dengan mengutip istilah yang terkenal, “Publish or Perish”. Ia menjelaskan bahwa publikasi adalah jalan utama untuk pengakuan dan kemajuan karir akademis.
“Publikasi tidak hanya menjadi ukuran kualitas penelitian,” ujarnya, “tetapi juga cara ilmuwan untuk dikenal melalui karyanya.”
Namun, ia mengingatkan bahwa jalan menuju publikasi tidaklah mudah. “Jarang ada artikel yang diterima tanpa revisi,” katanya, menegaskan bahwa kritik dari reviewer adalah hal yang wajar dan seharusnya diterima dengan sikap positif.
“Kritik langsung itu bagus,” tambahnya, “karena menunjukkan bahwa editor dan reviewer tertarik pada makalah Anda dan ingin membantu memperbaikinya.”
Prof. Susilo juga memberikan panduan tentang bagaimana menanggapi kritik tersebut.
“Jika Anda merasa bahwa permintaan reviewer tidak sesuai, gunakan teori dan bukti untuk mendukung argumen Anda,” sarannya.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya sikap sopan dalam setiap komunikasi dengan editor dan reviewer. “Sikap sopan dan hormat itu esensial,” tegasnya.
Berbicara tentang karakteristik penelitian yang baik, Prof. Susilo menekankan, “Yang paling penting adalah penelitian yang menyajikan pengetahuan teoretis baru yang berguna bagi pembaca.”
Ia menambahkan bahwa implementasi metode yang sudah ada dengan dataset baru saja tidak dianggap sebagai penelitian teoretis baru dan mungkin tidak cukup untuk menembus jurnal-jurnal top.
Sebagai penutup, Prof. Susilo memberikan nasihat penting terkait penolakan publikasi. “Rejection adalah hal yang tak terhindarkan,” ujarnya, “namun Anda memiliki kesempatan untuk memperbaiki makalah dan mengirimkannya ke jurnal yang lebih baik.”
Ia menegaskan bahwa ketekunan adalah kunci, dengan menambahkan, “Banyak makalah yang ditolak akhirnya dipublikasikan di tempat lain setelah diperbaiki dan dikirim ulang.” (NAT-Humas UNPAR)